Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Social Icons

Saturday, May 19, 2012

MENCAPAI PERUBAHAN INDIVIDU MELALUI KELOMPOK



Pekerja sosial mungkin berpendapat bahwa menciptakan suatu kondisi tertentu dalam suatu kelompok, akan membawa suatu manfaat bagi seluruh atau sebagian besar anggota kelompok tersebut. Walaupun sampai saat ini tidak terdapat suatu bukti yang cukup kuat untuk mendukung proposisi tersebut, akan tetapi kondisi-kondisi tertentu seperti proses demokratik, partisipasi anggota kelompok yang tinggi, norma-norma  keterbukaan diri, atau kombinasi dari kondisi-kondisi kelompok tersebut akan membantu kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sendiri oleh anggota. Kondisi-kondisi ini mungkin dapat diharapkan oleh anggota, dan mungkin merupakan kondisi yang sangat penting dalam pencapaian perubahan individual, akan tetapi hal ini saja tidaklah mencukupi.
Paper ini akan membahas berbagai pendekatan dan prosedur yang mungkin diperlukan, sebagai tambahan untuk menciptakan suatu kelompok yang dapat membantu anggota untuk mencapai tujuannya.
Secara luas, seorang individu akan meminta bantuan kepada kelompok terutama untuk mencapai salah satu atau lebih dari tujuan-tujuan berikut ini :
1.    Untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan atau mengembangkan suatu  relasi persahabatan.
2.    Untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan kemandirian secara tepat. Hal ini memungkinkan individu yang bersangkutan untuk bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang dilakukannya, berupaya untuk memenuhi  kebutuhan-kebutuhannya sendiri, serta melakukan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilainya sendiri.
3.    Untuk memperoleh keterampilan dalam melakukan interaksi sosial, seperti keterampilan dalam menciptakan relasi, keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif, keterampilan memecahkan konflik, keterampilan bekerja sama, maupun keterampilan-keterampilan dalam menerima serta memberikan umpan balik (feedback) dari orang lain, dan sebagainya.
4.    Belajar untuk menghadapi stres akibat perubahan peran sehubungan dengan tahapan baru dalam kehidupannya, atau stres yang diakibatkan oleh peranan-peranan baru yang disandangnya, seperti peran sebagai duda/janda, sebagai orang tua, sebagai murid baru dan sebagainya.
5.    Untuk memecahkan masalah tertentu dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman orang lain dalam kelompok, selain itu juga belajar untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara lebih efektif.
6.    Untuk mengubah situasi-situasi sosial yang menekannya, dengan cara bergabung dengan orang lain dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama serta bekerjasama secara kolektif untuk mencapai tujuan tersebut.
7.    Untuk mengembangkan minat-minat baru serta keterampilan-keterampilan baru dalam suatu aktivitas sosial.
Dalam mencapai tujuan-tujuan ini, anggota kelompok akan berinteraksi dengan pkerja sosial, dengan anggota kelompok, dengan sub-sub kelompok, dengan seluruh anggota, atau dengan orang lain dalam lingkungan kelompok tersebut. Pekerja sosial mungkin juga harus berinteraksi dengan lingkungan kelompok tersebut atas nama anggota kelompok.
Proses mengubah diri seseorang atau mengubah suatu situasi sosial ini dapat mencakup suatu upaya perubahan terhadap kesadaran anggota tentang dirinya sendiri maupun kesadaran anggota tentang orang lain, perubahan terhadap pemahaman anggota tentang suatu peristiwa yang terjadi, perasaan-perasaannnya, sikap-sikapnya, serta perilaku-perilakunya.
Seluruh pengalaman dalam kelompok ini diasumsikan akan memiliki kesamaan atau pararel dengan interaksi anggota tersebut dengan orang lain diluar kelompok. Artinya bahwa pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh anggota di dalam kelompok ini, sama atau juga akan terjadi pada saat dia berinteraksi dengan orang lain diluar anggota kelompok.
Seluruh pembahasan tersebut di atas memiliki implikasi, bahwa kita dapat menunjukkan cara untuk mencapai suatu perubahan pada diri individu melalui intervensi pekerka sosial secara sistematis. Intervensi ini sering disebut sebagai intervensi individual satu persatu. Intevensi ini tentu saja harus dilandasi oleh suatu assesment terhadap masalah-masalah yang dialami oleh anggota secara individual. Selain itu juga didasari oleh suatu bentukan perencanaan yang sangat terindividualisasi. Walaupun demikian, proses perubahan yang dilakukan ini sangat tergantung pada situasi kelompok yang ada atau yang aktual.
Proses-proses individual, sub-sub kelompok, maupun seluruh proses kelompok, terjadi secara simultan dan silih berganti secara sangat cepat, dengan demikian pekerja sosial diharapkan untuk tidak menempatkan diri pada posisi untuk mengontrol/mengendalikan secara aktif terhadap seluruh proses-proses tersebut. Perhatian utama dari pekerja sosial dalam hal ini adalah berupaya untuk mengembangkan suatu cara untuk mengidentifikasi segala potensi perubahan individual dalam suatu situasi yang aktual. Selain itu, pekerja sosial juga  berupaya untuk melakukan seluruh kegiatan-kegiatannya dengan penuh kesadaran diri untuk mencapai tujuan tertentu, serta memahami cara melakukannya.
Situasi kelompok merupakan salah satu dari benyak peristiwa yang dapat digunakan dalam mencapai upaya perubahan yang akan dilakukan. Tidak ada satu aspek pun dalam kelompok yang dapat dijadikan sebagai satu-satunya sumber perubahan. Dengan demikian pekerja sosial tidak perlu merasa cemas akan kehilangan kesempatan tersebut, karena selalu masih ada kesempatan lain yang dapat dimanfaatkan.
A.   INTERAKSI (INDIVIDUAL) SATU PERSATU
Isu pokok bagi pekerja sosial ialah, apakah interaksi satu persatu ini telah terjadi secara cukup memadai antara pekerja sosial dengan anggota kelompok. Banyak pekerja sosial yang meyakini bahwa interaksi itu justru akan merusak proses saling tolong menolong, dimana anggota dapat memperoleh bantuan atau pertolongan yang dibutuhkan dari anggota lain melalui keterlibatannya dalam proses kelompok bukan dari pekerja sosial.
Suatu keputusan yang sulit harus diambil oleh pekerja sosial, untuk menentukan apakah aggota kelompok tertentu akan dibantu melalui interaksi satu persatu , atau dibantu melalui pemberian pengaruh pada proses kelompok, sehingga proses kelompok inilah yang nantinya akan membantu individu tersebut. Keputusan ini harus diambil berdasarkan penelaahan secara seksama atas situasi spesifik yang dihadapi. Berikut ini adalah beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan atas isu pokok tersebut:

1.    Apakah kelompok tersebut telah siap untuk melaksanakan kegiatan yang akan memberikan manfaat bagi anggotanya? Kelompok tersebut mungkin masih terlalu sibuk dengan tugas-tugas administratif awal yang cukup memberatkan, jumlah anggota kelompok yang membutuhkan perhatian individual mungkin terlalu banyak, atau kelompok tersebut mungkin memiliki suatu sikap tertentu kepada anggotanya yang kuang menguntungkan, dan sebagainya. Pada situasi seperti ini , sering kali pekerja sosial harus berinteraksi secara langsung dengan aggota individual yang membutuhkannya.

2.    Apakah masalah yang di hadapi oleh anggota tersebut memiliki sifat “Kritis”, di mana  penundaan pemberian bantuan secara segera akan menimbulkan dampak yang sangat serius? Pekerja sosial mungkin dapat mencoba untuk mengubah beberapa kondisi kelompok, apabila anggota di nilai dapat menunggu pemberian pertolongan untuk beberapa saat. Pekerja sosial dengan demikian menempati posisi untuk menimbang bagaimana dampak yang harus di tanggung selama menunggu sampai kelompok di rasa siap untuk memberikan bantuannya.

3.    Apakah terdapat dampak negatif, dalam jangka panjang jika salah satu anggota kelompok tersebut di beri perhatian secara khusus melalui suatu interaksi satu persatu/ kita telah memahami adanya suatu fenomena “murid kesayangan” (Teacher’s pet). Keadaan ini merupakan salah satu dampak negatif yang mungkin timbul akibat pemberian perhatian anggota tertentu yang di berikan kepada anggota yang lain. Anggota lain mungkin akan mengembangkan sikap permusuhan dengan anggota yang di beri perhatian lebih oleh pekerja sosial. Kemungkinan lain, anggota kelompok justru juga terlibat untuk membantu orang yang bermasalah tersebut yang mungkin akan menimbulkan dampak pada penciptaan “Label” tertentu terhadap orang yang di beri bantuan. Label ini mungkin dapat bersifat permanen sehingga orang tersebut menempati posisi “sangat bergantung” pada kelompok.

4.    Adakah dampak negatif dalam jangka panjang bagi kelompok jika pekerja sosial memberikan pertolongan / bantuan kepada anggota melalui interaksi persatu? Kita telah membahas bahwa alasan pekerja sosial untuk menggunakan kelompok adalah sebagai sumber perubahan yang tidak di miliki oleh pendekatan pertolongan satu persatu, dengan demikian peranan pekerja sosial adalah membantu kelompok agar mampu menolong anggotanya sendiri. Pertolongan dengan menggunakan pendekatan satu persatu dapat di gunakan oleh pekerja sosial, akan tetapi pendekatan ini bukan merupakan pilihan utama. Penggunaan yang terlalu sering pada pendekatan ini akan menimbulkan adanya persepsi bahwa bantuan utama bagi anggota kelompok datang dari pekerja sosial, bukan dari kelompok. Hal ini jelas sangat merugikan kelompok, dan proses interaksi antar anggota kelompok yang sangat bermanfaat akan tersia-siakan.

5.    Apakah bantuan yang di berikan oleh kelompok terhadap salah satu anggotanya akan memiliki dampak yang serius bagi anggota lainnya? Seorang anggota kelompok mungkin memiliki permasalahan yang jika di pecahkan oleh kelompok, mungkin akan memiliki dampak yang membahayakan bagi anggota lainnya. Misalnya dalam suatu kelompok pasien Rumah sakit jiwa, seorang anggota kelompok memiliki kecemasan yang sangat besar tentang bayangan atau fantasi seksualnya. Pekerja sosial berkeyakinan bahwa diskusi kelompok yang membahas masalah seksual tersebut akan dapat membangkitkan kecemasan-kecemasan anggota kelompok lainnya, dengan demikian pekerja sosial harus melakukan interaksi satu persatu pada anggota kelompok tersebut di luar situasi kelompok.

6.    Adakah alasan-alasan logis yang memberikan jaminan atas kerahasian masalah yang di hadapi oleh individu yang bersangkutan? Pengungkapan seorang anggota tentang suatu masalah mungkin mengharuskannya untuk membeberkan informasi kepada kelompok yang mungkin sangat merugikan. Dengan kata lain, jika penggunaan proses kelompok dalam memecahkan kasus seorang anggota di anggap akan merusak kerahasiaannya, maka interaksi satu persatu dapat menjadi pilihan utamanya.

7.    Bentuk pertolongan manakah (individual atau kelompok) yang sekiranya lebih potensial untuk Memecahkan masalah? Pada sebagian kasus, jika kelompok dipersiapkan sedemikian rupa untuk memecahkan suatu masalah, maka pengaruh interksi anggota kelompok dapat lebih bermanfaat dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan oleh pekerja sosial saja. Kecuali jika kelompok tersebut memang sedang dilanda pertiakaian atau konflik yang parah, atau jika kelompok tersebut memang kurang berpotensi untuk membahas persoalan yang dihadapi, atau jika anggota yang bermasalah tersebut diisolasi oleh anggota kelompok lainnya.

Setelah mempertimbangkan berbagai kriteria tadi, maka pekerja sosial masih harus memutuskan apakah interaksi satu persatu tersebut harus dilakukan keluar kelompok, atau dengan dihindari oleh anggotanya lainnya. Jika interaksi tersebut dilakukan diluar kelompok, maka pekerja sosial perlu perlu mengembangkan suatu teknik yang sama dengan metode dan teknik yang biasa digunakan dalam pertemuan indvidual, yaitu: “interpretasi konfrontasi, support dan pemberian nasehat”
Interaksi individual yang dilakukan didalam kelompok juga memiliki persamaan dengan metode dan teknik pekerja sosial individual (Case Work), perbedaannya hanyalah terletak pada dampak atau efek yang mungkin timbul. Intervensi individual didalam kelompok, mau tidak mau, akan didengar, dan dengan demikian efek dari intervensi  tersebut  mungkin akan sangat berbeda dengan intervensi case work  yang hanya dihidiri oleh pekerja sosial dengan klien saja secara pribadi.
Beberapa bentuk intervensi satu persatu ini dapat diuraikan secara singkat berbagai berikut:
1.    Mengubah pemikiran-pemikiran dan keyakinan
Anggota kelompok mungkin memiliki suatu anggapan yang kurang rasional dan mengakibatkan dirinya membuat penilaian-penilaian terhadap dirinya sendiri sesuai dengan pemikiran atau keyakinan tersebut pemikiran dan keyakinan negatif tersebut misalnya: seseorang  tidak akan mungkin untuk mengendalikan emosi-emosinya, seseorang harus memiliki segalagalanya jika dia ingin mencapai sesuatu, dan sebagainya. Ellis dan Harper telah mengembangkan serangkaian teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial untuk menggubah atau memodifikasi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keyakianan irasioanal tersebut. Secara umum teknik ini dirahkan untuk mendorong orang untuk mengidenfikasi keyakinan-keyakianannya orang untuk memodifikasinya, menunjukan kapan keyakinan irrasional tersebut secara eksplisit maupun implisit terekspresikan, dan selanjutnya pekerja sosial memberikan alternatif keyakinan lain yang lebih rasional dan dapat dijangkau.

2.    Meningakatkan kesadaraan
Salah satu teknik untuk meningkatkan kesadaran anggota kelompok terhadap berbagai aspek dari dirinya sendiri maupun orang lain adalah “konfrontasi” (Confrontation). Teknik ini merupakan salah satu bentuk intervensi dengan memberikan pernyataan-pernyataan secara akrab dan hangat kepada anggota kelompok mengenai perasaan-perasaan, pikiran-pikiran atau perilaku-perilaku yang menghambat kesadarannya. Oleh karena individu seringkali mengalami hambatan dalam bidang ini, teknik konfrontasi ini dapat dapat membantu anggota kelompok untuk mengungkapkan kecemasan-cemasan serta kemarahan-kemarahannya kepada pekerja social. dan pekerja social kemudian harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk memberikan respon terhadap perasaan-perasaan tersebut.
Pekerja sosial akan dapat melaksanakan teknik ini dengan anggota-anggota lainnya, karena hanya dengan perasaan inilah mereka dapat mereflesikan implikasi informasi yang diungkapkan melalui konfrontasikan dengan baik, dan tidak berusaha menyembunyikan perasaan-perasaannya.
Teknik lain yang dapat meningkatkan kesadaran anggota kelompok adalah “interprestasi” (interpretion). teknik ini harus dipandang sebagai suatu proses, bukan sekedar pernyataan tunggal .proses ini merujuk pada kesadaran anggota akan adanya hubungan antara dua rangakaian peristiwa yang saling kait mengkait
Contoh dari kesadaran ini terjadi jika seorang anggota kelompok menyadari bahwa perilakunya merupakan reaksi dari perilaku anggota kelompok yang lain (satu rangkaian peristiwa) yang ternyata perilaku tersebut sama dengan reaksinya terhadap perilaku adiknya didalam keluarganya (rangkaian peristiwa lain)prosesnya dimulai bilamana pekerja social mulai menyadari adanya suatu rangakaian peristiwa, dan kemudian menyadari pula adanya hubungan antara kedua rangakain peristiwa tersebut. biasanya proses ini terjadi melalui suatu periode waktu yang lama, dimana anggota tersebut mereflesi setiap rangakaian peristiwa serta hubungan-hubungan yang mungkin terjadi diantara peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya. teknik ketiga dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran anggota adalah dengan mengubah “atribusi” (Attribution). Atribusi ini juga merupakan suatu kesadaraan yang dimiliki oleh anggota kelompok yang berasal dari alam dirinya sendiri maupun yang berasal dari lingkungannya mengenai hakikat dan penyebab munculnya suatu peristiwa. Dalam teknik ini, pekerja sosial berupaya untuk memodifikasi atribusi tersebut dengan cara memberikan pernyataan mengenai keyakinan sendiri serta penjelasan mengenai alasan-alasan terjadinya suatu  peristiwa. Teknik ini seringkali juga disebut “Reframing” 

3.    Memberikan penguatan (Reinforcement)
Pekerja sosial dapat membantu anggota kelompok untuk melakukan suatu bentuk perilaku tertentu yang diharapkan, dengan cara memberikan hadiah. Pemberian hadiah ini berperan  sebagai  penguatan ini dapat dalam bentuk verbal seperti pujian, bentuk fisik seperti sentuhan hangat pada tangan /lengan. Atau dalam bentuk material seperti uang atau barang. Bentuk lain dari penguatan ini dapat juga berupa penolakan atau kritik atas perilaku yang ditampilkan oleh anggota.

4.    Memberikan Model
Pekerja sosial  juga dapat membantu anggota kelompok untuk mempelajari suatu perilaku yang diharapkan dengan cara memberikan model. pekerja sosial dapat melakukan hal ini secara implisit, pekerja sosial dapat berbicara dengan lembut, tenang, dan halus pada saat anggota kelompok yang ingin dirubah bicara dengan cara berteriak-teriak. secara eksplisit, pekerja sosial dapat meminta anggota kelompok yang bersangkutan untuk mengobservasi  pekerja  sosial pada saat  dia melakukan permaianan peranan, dan para anggota kelompok diminta untuk memberikan reaksi  secara verbal tentang bagaimana seharusnya dilakukan.


5.    memberikan bantuan dalam menghadapi ketegangan perasaan
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial untuk membantu anggota dalam menghadapi perasaan ketegangan adalah dengan cara membesarkan hatinya. Cara lain yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial adalah membantu anggota kelompok untuk mencapai  kondisi rileks. Cara ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan latihan relaksasi otot serta mendorong  anggota untuk menggunakan prosedur ini pada setiap saat dia menghadapi ketegangan.

6.    Mengubah Sikap
Pekerja sosial dapat membantu anggota untuk mengubah sikap-sikapnya yang selama ini menghambat pencapaian suatu tujuan.  Pekerja sosial dapat memberikan alas an-alasan tentang perlunya mengubah sikap mereka. Pekerja sosial juga dapat mengajarkan kepada anggota kelompok untuk melakukan suatu aktivitas yang tidak konsisten/ bertentangan dengan sikap anggota yang bersangkutan. Misalnya kelompok yang beranggotakan orang-orang yang mempunyai sikap negatif terhadap suku tertentu, pekerja sosial dapat memberikan bukti-bukti  bahwa sikap mereka adalah salah.

7.    Pemberian penugasan untuk melakukan peran
Pekerja sosial dapat menggunakan suatu cara yang sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan dalam suatu interaksi satu persatu. Cara ini dapat dilakukan melalui penugasan kepada anggota kelompok untuk melakukan suatu aktivitas kelompok. Aktivitas ini diharapkan dapat menjadi suatu kesempatan bagi anggota untuk mempelajari perilaku-perilaku baru, kesempatan untuk mengubah pandangan terhadap orang lain, kesempatan untuk mengekspresikan perasan-perasaan baru, serta dapat juga  menjadi suatu kesempatan untuk melihat suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda. Penugasan  ini dapat berupa keharusan anggota untuk duduk dalam suatu permainan, atau berperan untuk memimpin suatu diskusi.

B.   INDIVIDU SEBAGAI TARGET INTERVENSI KELOMPOK
Pada bahasan ini kita akan menggambarkan bagaimana pekerja sosial dalam melakukan intervensi  ke dalam proses kelompok,  sehingga dapat membawa manfaat pada anggota individu tertentu.



           Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam  penggunaan kelompok: 
1.    Faktor waktu
Salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatakan perubahan individual melalui kelompok adalah faktor waktu. Faktor waktu ini dapat terpecah lagi dalam tiga unsur:
-          Kerangka waktu, pekerja sosial dapat meminta kepada kelompok untuk mengalokasikan waktu tertentu kepada seorang anggota yang membutuhkan perhatian khusus dari pekerja sosial.
-          Pendekatan tertentu, yang digunakan di dalam kelompok untuk membantu anggota secara individual, misalnya pendekatan pemecahan masalah, alokasi peran, umpan balik.
-          Intensitas perhatian kelompok kepada anggota secara individual.
Pertanyaan yang harus terjawab sehubungan dengan permasalahan ini adalah, berapa banyak waktu yang diberikan oleh kelompok kepada pekerja sosial untuk melakukan interaksi satu persatu kepada salah seorang anggota yang membutuhkan.
2.    Faktor  ukuran (size) kelompok
Ukuran kelompok ini mungkin menjadi faktor utama yang menentukan pemberian waktu kepada pekerja sosial untuk melakukan interaksi kepada salah seorang anggota yang membutuhkan. Kelompok yang kecil ( 5- 7 anggota ) mungkin lebih memungkinkan untuk memperhatikan salah satu anggota yang membutuhkan, sebaliknya kelompok yang besar mungkin kurang memberikan perhatian terhadap salah satu anggota.

3.    Isu-isu teoritis  
Isu teoritis ini mencakup perhatian utama pekerja sosial yang dijadikan landasan teoritis bagi pelaksanaan praktek pertolongannya, artinya landasan teoritis mana yang menjadi perhatian pekerja sosial. Teori yang satu menyatakan bahwa fokus dari kelompok  adalah proses kelompok yang terutama menggarisbawahi tentang pentingnya relasi antara anggota, atau kurang memberikan perhatian kepada masalah individu satu persatu.
Sedangkan teori yang lain justru lebih mengutamakan perhatian kepada masalah individu satu  persatu, karena bagaimana juga, tujuan akhir dari suatu proses pertolongan, baik secara individual ataupun secara kelompok, adalah keberfungsian orang sebagai individu.
Selain isu tentang pendekatan teoritis, perlu pula dibahas tentang strategi perubahan yang akan dilaksanakan. Strategi ini berkisar pada peranan pekerja sosial dalam intervensi, yaitu peranan aktif atau pasif. Peranan pasif berarti bahwa pekerja sosial mempunyai asumsi bahwa kelompoklah yang berperan aktif dalam mengubah perilaku anggotanya. Peranan aktif berarti bahwa pekerja sosial berupaya dengan menggunakan kemampuannya untuk mengubah persepsi, kognisi, afeksi, dan perilaku anggota kelompok serta memfasilitasi upaya  pemecahan masalah yang dilakukan. Beberapa teknik yang relavan dengan hal ini adalah :

a.    Teknik untuk mengubah persepsi individual
Salah satu proposisi yang telah mapan mengenai kelompok adalah, bahwa kelompok sangat berpengaruh dalam mengubah persepsi individu terhadap suatu realita. Prinsip ini tentu saja dapat dilihat secara terbalik : bahwa selain mengubah persepsi individu untuk menjadi semakin dekat dengan realita, maka kelompok juga dapat mengubah persepsi individu untuk menjadi semakin jauh dari realita.
Pemikiran yang mendasari proposisi ini adalah : semakin banyak orang yang melihat suati fenomena atau suatu peristiwa , maka akan lebih baik dibandingkan dengan satu orang. Pekerja sosial dapat menggunakan teknik ini dalam berbagai cara. Bilamana terdapat permasalahan yang berkisar tentang akurasi persepsi yang dimiliki oleh seorang anggota, maka pekerja sosial dapat melontarkan isu tersebutkepada anggota lain, dan meminta mereka untuk memberikan informasi sebagai tanggapan  atas peristiwa atau situasi yang bersangkutan. Informasi ini kemudian disampaikan kepada individu yang dirasa mengalami kesalahan dalam hal persepsinya terhadap peristiwa atau situasi tersebut.

b.    Teknik untuk mengubah kognisi individu
Permasalah yang dihadapi anggota kelompok seringkali berhubungan dengan apa yang mereka pikirkan atau yang mereka persepsikan tentang suatu situasi yang dihadapinya. Satu tipe kognisi yang sangat penting adalah “atribusi” (Atrribution), yaitu apa yang diyakni oleh anggota tentang penyebab perilakunya atau penyebab perilaku orang lain. Atribusi ini dianggap penting karena orang akan cenderung untuk mengubah lingkungan yang dia yakini sebagai penyebab timbulnya masalah yang dihadapinya.
Kelompok merupakan suatu media yang sangat subur bagi pengembangan pengubahan sangat subur bagi pengembangan pengubahan atribusi ini, anggota kelompok dapat mengobservasi perilaku anggota satu sama lain, dan selanjutnya mereka akan dapat memberikan umpan balik kepada masing-masing anggota. Pekerja sosial dapat memanfaatkan umpan balik ini untuk membantu tiap anggota dalam memilih sasaran perubahan yang sesuai, baik sasaran internal, lingkungan, atau bahkan keduanya.
Jika perilaku anggota terjadi dalam suatu lingkungan yang sangat bervariasi dan sangat menekannya, maka anggota tersebut akan menilai perwujudan perilaku yang negatif terhadap dirinya sendiri. Dia akan berusaha untuk mengubah perilakunya itu sehingga menghasilkan penampilan yang sesuai dengan lingkungannya. Bila perilaku lingkungan terutama terjadi dalam satu situasi problematik, sehingga dia berupaya untuk mengubah situasi tersebut.
Contoh pertama, jika dalam suatu kelompok yang terdiri dari anak-anak nakal yang masing-masing disebabkan oleh penyebab yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain, maka pekerja sosial dapat melakukan suatu upaya yang diarahkan untuk mengubah pikiran atau keyakinan anak-anak tersebut sehingga mereka dapat menyesuaikan diri pada situasi masing-masing.
Contoh kedua jika suatu kelompok yang beranggotakan ibu-ibu yang mendapat perlakuan buruk dari suami, artinya situasi yang menjadi penyebab timbulnya masalah adalah sama, yaitu perlakuan buruk dari suami, maka pekerja sosial dapat melakukan suatu upaya yang ditujukan untuk mengubah keyakinan anggota agar mereka sepakat untuk mengubah penyebab masalah.

c.    Teknik untuk mengubah afeksi individu
Bagian ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai “upaya untuk mengungkapkan perasaan”. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik meredakan ketegangan melalui relaksasi. Tugas pekerja sosial adalah mendorong atau mengupayakan suatu cara agar individu yang mengalami ketegangan dapat mengumkapkan emosinya, dan meminta anggota yang lain untuk memberi tanggapan.

d.    Teknik untuk mengubah aksi/perilaku individu
Anggota kelompok, pada dasarnya memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas anggota lainnya, termasuk pikiran-pikirannya, serta perasaan-perasaannya. Seperti telah kita bahas, bahwa anggota suatu kelompom dapat meningkatkan atau mengurangi suatu perilaku tertentu melalui prinsip-prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan ini dapat berupa pemberian hadiah bagi suatu perilaku yang diharapkan, dan pemberian hukuman bagi perilaku yang tidak sesuai dengan harapan.
Bentuk pemberian hadiah ini dapat berupa aktivitas verbal seperti pujian, atau bentuk perilaku non verbal seperti tepukan tangan, maupun pemberian materi seperti permen, makanan atau uang. Hukuman juga dapat berupa verbal seperti kritik, atau non verbal seperti gambar warna merah untuk penolakan atau kritik.
Cara lain untuk mengubah perilaku individu ini dapat dilakukan dengan cara “modelling”, anggota kelompok dapat menampilkan suatu bentuk aktivitas tertentu sebagai respon terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh seorang anggota individual, dan individu tersebut dapat diminta untuk mengamati aktivitas modelling tersebut dengan seksama.

e.    Teknik untuk membantu individu dalam memecahkan masalah
Teknik ini ditujukan untuk memberikan gambaran yang diberikan oleh kelompok kepada individu yang mengalami masalah dan memecahkan masalah tersebut. Istilah pemecahan masalah ini berarti suatu proses kognitif dan rasional untuk mengidentifikasi, menilai, memilih, dan mengimplemetasikan suatu solusi atas berbagai alternatif yang ada. Proses pemecahan masalah ini dapat digunkan untuk menentukan suatu rangkaian kegiatan yang bermanfaat bagi kelompok, memecahkan masalah yang dihadapi oleh beberapa anggota kelompok, atau untuk memecahkan masalah yang dialami oleh salah satu anggota kelompok saja.
Pengambilan keputusan tentang proses pemecahan masalah yang dipilih, adalah berdasarkan konsensus dari anggota yang terbanyak. Hal ini dapat berakibat buruk jika individu yang ingin dibantu oleh kelompok ternyata menolak alternatif pemecahan yang diputuskan oleh mayoritas anggota kelompok. Jika hal ini terjadi, maka individu yang bersangkutan harus mengemukanakan seluruh komponen yang menjadi dasar penolakan atas alternatif yang disodorkan/ditawarkan oleh kelompok kepada anggota individu yang bersangkutan, tetapi minimal hal ini dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi individu yang bersangkutan.

f.     Teknik untuk menstrukturisasi peranan anggota.
Prosedur kelompok tersebut di atas didasarkan pada pemikiran bahwa setiap anggota akan saling pengaruh mempengaruhi melalui suatu interkasi satusama lain. Sebagai tambahan, kelompok ini melalui bantuan pekerja sosial dapat berupaya untuk mengubah anggota melalui pemberian penguasaan untuk melaksanakan suatu peranan tertentu dalam kelompok. Tujuan yang diharapkan dari pemberian peranan ini dalah sebagai alat atau instrument yang dapat digunakan untuk mengubah harapan-harapan anggota.
Pekerja sosial sendiri, atau kelompok dengan bantuan pekerja sosial dapat menentukan strategi sendiri sesuai dengan tujuan tersebut. Salah satu peranan yang dapat dikembangkan adalah peranan sebagai “pengurus” dalam suatu kelompok yang terstrukturisasi. Tipe atau bentuk peranan yang akan dikembangkan ditentukan oleh kelompok dengan bantuan pekerja sosial, yang dilandasi oleh suatu assesment terhadap kebutuhan kelompok maupun kebutuhan anggota.
Contoh dari tekhnik ini : misalnya dalam suatu kelompok anak-anak, dimana terdapat salah satu anggota kelompok yang merasa dirinya dikucilkan atau tidak diterima oleh anggota lainnya, hanya karena dia adalah satu satunya anak yang berasal dari keluarga suku jawa diantara anggota lain yang berasal dari suku sunda. Pekerja sosial dapat memberikan peran kebudayaan jawa, dan diminta untuk menceritakan suatu dongeng khas jawa, selanjutnya anggota yang lain diminta untuk memberikan tanggapannya.



C.   TAHAP-TAHAP PERUBAHAN INDIVIDUAL
Suatu perubahan pada umumnya merupakan hasil dari suatu proses yang bergerak dari identfikasi masalah, assessment, penentuan tujuan dan stabilisasi usaha perubahan. Urutan ini dapat terjadi di dalam suatu proses pengalaman kelompok maupun dalam proses konseling individual satu persatu. Kelompok dengan bimbingan seorang pekerja sosial, berupaya mengadakan perubahan terhadap individu anggotanya dengan cara mengembangkan tahapan perubahan ini.
Identifikasi masalah dapat dipercepat melalui peningkatan persepsi anggota kelompok tentang situasi problematis yang dihadapi. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa persepsi ini dapat ditingkatkan melalui tukar pikiran antar anggota tentang suatu situasi.
Assessment dipengaruhi oleh penilaian anggota terhadap masalah yang dihadapi, dengan demikian kelompok dapat membantu anggota untuk mengidentifikasi suatu perilaku tertentu.
Tujuan pemecahan masalah ditentiikan oleh anggota kelompok serealistis mungkin sesuai dengan kemampuan individu yang bersangkutan, serta kesempatan yang ada maupun tuntutan dari lingkungan.
Dari kesemuanya ini, maka individu yang bersangkutan harus sadar dan mampu untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya tentang masalah yang dihadapi serta mengidentifikasi orang­orang yang berkaitan dengan iaasalah tersebut. Sedangkan kelompok, pada umumnya hanya memfasilitasi prosess tersebut.
Rencana perubahan merupakan alternatif terp mengenai prosedur perubahan Perencanaan ini sangat tergantung dari hakikat dan sifat dari masalah tersebut. Hal ini mungkin berupa suatu pilihan untuk mengubah persepsi, mengubah perasaan,thenguba.h atribusi, atau mengubah aktivitas individu yang bersangkutan.
D.   INTERAKSI LINGKUNGAN
Pada bahasan ini kita akan metnpelajari bagaitnana orang dapat dibantu untuk mengubah lingkungan secara lebih efektif melalui interaksi individual satu persatit dengan pekerja sosial, dengan anggota lain, atau melalui kelompok yang dibimbing oleh pekerja sosial. Bantuan yang diberikan kepada individu, dalam hal ini: mungkin merributuhkan suatu bentuk intervensi pekerja sosial, terutama yang berupa interaksi pekerja sosial dengan lingkungan yang bertujuan untuk membantu individu anggota kelompok:                              
Istilah lingkungan sebenarnya bukan merupakan suatu istilah spesifik, yang dimaksud dengan lingkun.gan, yang menjadi sasaran perubahan di sini bisa berupa lembaga sosial dimana kelompok tersebut dibentuk, anggota keluarga dan setiap anggota kelompok, sosial, lembaga-lembaga hukum, peer group, dan sebagainya.
Pekerja sosial akan menentukan sasaran lingkungan sebagai bagian dari rencana untuk inernbantu individu dalam mencapai tujuan­tujuannya. Rencana tersebut berkisar pada upaya perubahan beberapa aspek dari individu yang bersangkutan maupun aspek-aspek dari lingkungan.

Alasan-alasan utama yang menjadi landasan pikir baku pekerja sosial untuk memberikan intervensi kepada lingkungan adalah :
1.    Perubahan lingkungan merupakan prasyarat bagi perubahan individu, sedangkan individu tersebut memiliki keterbatasan kemampuan untuk berubah. Pekerja sosial dapat membantu individu yang bersangkutan untuk meperoleh kemampuan ini dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber perubah.
2.    Anggota kelompok memberikan dukungan penuh atas keputusan yang diambil oleh pekerja sosial, oleh karena itu pekerja sosial perlu mencari tahu apa yang menjadi alasan individu tersebut memberikan dukungannya.
3.    Jika anggota kelompok tidak mampu melakukannya sendiri, maka pekerja sosial harus menentukan siapakah yang paling tepat dijadikan agen perubah. tersebut. Bisa kelompok atau pekerja sosial itu sendiri
Peran-peran pekerja sosial.
Bila pekerja sosial melakukan intervensi kepada lingkungan dalam rangka melakukan perubahan pada perilaku an ota kelompok, maka pekerja sosial mungkin dapat melaksanakan salah satu atau lebih dari beberapa peran berikut :
a.    Advocate.
Charles F. Grosser menegaskan bahwa klien seringkali berada pada situasi konflik dengan berbagai institusi sosial. Oleh karena itu, pekerja sosial yang melaksanakan peran advocate ini dapat berfungsi sebagai partisan dalam konflik tersebut. Alasan yang mendasari pelaksanaan peranan ini adalah salah satu pihak yang tertindas oleh pihak lainnya, atau terjadi perselisihan yang berat sebelah. Pekerja sosial dalam hal ini dapat melakukan upaya-upaya untuk memberikan argurnentasi, debat, tawar menawar, negosiasi, atau memanipulasi lingkungan sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh klien/ anggota kelompok.
b.  Mediator
Pada "peranan ini, pekerja sosial berupaya untuk memecahkan perselisihan antaraan anggota yang satu dengan anggota yang lain. Pada peranan ini, pekerja sosial juga membantu kelompok-­kelompok yang bertentangan untuk saling bernegosiasi. Teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial antara lain : menyediakan waktu dan kesediaan untuk mendengarkan serta melakukan komunikasi dengan kedua pihak yang bertikai, menciptakan pertemuan antara dua kelompok atau an ota yang bertikai, bersedia memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi, melakukan persuasi, serta mendamaikan  mereka.
c.    Broker
Pada    peranan ini, pekerja sosial Memusatkan perhatiannya pada upaya untuk membantu anggota kelompok untuk memilih sumber-sumber sosial yang dibutuhkan, dan kemudian membantu anggota kelompok untuk memilih sumber-sumber sosial yang dibutuhkan, dan kemudian membantu mereka memanfaatkan sumber tersebut. Aspek penting dalam peranan ini adalah mengupayakan suatu tindakan agar unsur-­unsur dari lingkungan, serta sumber-sumber sosial yang berada dalam lingkungan agar bersedia memberikan informasi kepada anggota kelompok mengenai prosedur pemanfaatannya.
Teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial dalam hal ini adalah : pengumpulan informasi, pemberian penjelasan tentang         persyaratan dalam memanfaatan suatu sitem sumber, menjelaskan kepada anggota bahwa prosedur pemanfaatan sistern sumber yang dibutuhkan tersebut masih bersifat fleksibel, dsb.
d.    Conferee
Middleman dan Goldberg menggarnbarkan peranan ini dalam suatu situasi dirnana dua atau lebih orang yang berkonsultasi bersarna, mendiskusikan dan membandingkan opini­opininya berunding, serta merencanakan kegiatan yang akan dilakukan serta konferensi. Aktifitas utama yang dalam peranan ini adalah upaya pemecahan masalah serta peningkatan proses komunikasi.

0 comments:

Post a Comment