Pekerja sosial mungkin
berpendapat bahwa menciptakan suatu kondisi tertentu dalam suatu kelompok, akan
membawa suatu manfaat bagi seluruh atau sebagian besar anggota kelompok
tersebut. Walaupun sampai saat ini tidak terdapat suatu bukti yang cukup kuat
untuk mendukung proposisi tersebut, akan tetapi kondisi-kondisi tertentu
seperti proses demokratik, partisipasi anggota kelompok yang tinggi,
norma-norma keterbukaan diri, atau
kombinasi dari kondisi-kondisi kelompok tersebut akan membantu kearah
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sendiri oleh anggota. Kondisi-kondisi
ini mungkin dapat diharapkan oleh anggota, dan mungkin merupakan kondisi yang
sangat penting dalam pencapaian perubahan individual, akan tetapi hal ini saja
tidaklah mencukupi.
Paper ini akan membahas
berbagai pendekatan dan prosedur yang mungkin diperlukan, sebagai tambahan
untuk menciptakan suatu kelompok yang dapat membantu anggota untuk mencapai
tujuannya.
Secara luas, seorang
individu akan meminta bantuan kepada kelompok terutama untuk mencapai salah
satu atau lebih dari tujuan-tujuan berikut ini :
1.
Untuk
meningkatkan kemampuan dalam menciptakan atau mengembangkan suatu relasi persahabatan.
2.
Untuk
meningkatkan kemampuan dalam menciptakan kemandirian secara tepat. Hal ini
memungkinkan individu yang bersangkutan untuk bertanggungjawab atas seluruh
kegiatan yang dilakukannya, berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri, serta
melakukan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilainya sendiri.
3.
Untuk
memperoleh keterampilan dalam melakukan interaksi sosial, seperti keterampilan
dalam menciptakan relasi, keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif,
keterampilan memecahkan konflik, keterampilan bekerja sama, maupun
keterampilan-keterampilan dalam menerima serta memberikan umpan balik
(feedback) dari orang lain, dan sebagainya.
4.
Belajar
untuk menghadapi stres akibat perubahan peran sehubungan dengan tahapan baru
dalam kehidupannya, atau stres yang diakibatkan oleh peranan-peranan baru yang
disandangnya, seperti peran sebagai duda/janda, sebagai orang tua, sebagai
murid baru dan sebagainya.
5.
Untuk
memecahkan masalah tertentu dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman orang
lain dalam kelompok, selain itu juga belajar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi secara lebih efektif.
6.
Untuk
mengubah situasi-situasi sosial yang menekannya, dengan cara bergabung dengan
orang lain dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama serta
bekerjasama secara kolektif untuk mencapai tujuan tersebut.
7.
Untuk
mengembangkan minat-minat baru serta keterampilan-keterampilan baru dalam suatu
aktivitas sosial.
Dalam mencapai
tujuan-tujuan ini, anggota kelompok akan berinteraksi dengan pkerja sosial,
dengan anggota kelompok, dengan sub-sub kelompok, dengan seluruh anggota, atau
dengan orang lain dalam lingkungan kelompok tersebut. Pekerja sosial mungkin
juga harus berinteraksi dengan lingkungan kelompok tersebut atas nama anggota
kelompok.
Proses mengubah diri
seseorang atau mengubah suatu situasi sosial ini dapat mencakup suatu upaya
perubahan terhadap kesadaran anggota tentang dirinya sendiri maupun kesadaran
anggota tentang orang lain, perubahan terhadap pemahaman anggota tentang suatu
peristiwa yang terjadi, perasaan-perasaannnya, sikap-sikapnya, serta perilaku-perilakunya.
Seluruh pengalaman dalam
kelompok ini diasumsikan akan memiliki kesamaan atau pararel dengan interaksi
anggota tersebut dengan orang lain diluar kelompok. Artinya bahwa
pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh anggota di dalam kelompok ini, sama
atau juga akan terjadi pada saat dia berinteraksi dengan orang lain diluar
anggota kelompok.
Seluruh pembahasan
tersebut di atas memiliki implikasi, bahwa kita dapat menunjukkan cara untuk
mencapai suatu perubahan pada diri individu melalui intervensi pekerka sosial
secara sistematis. Intervensi ini sering disebut sebagai intervensi individual
satu persatu. Intevensi ini tentu saja harus dilandasi oleh suatu assesment
terhadap masalah-masalah yang dialami oleh anggota secara individual. Selain
itu juga didasari oleh suatu bentukan perencanaan yang sangat
terindividualisasi. Walaupun demikian, proses perubahan yang dilakukan ini
sangat tergantung pada situasi kelompok yang ada atau yang aktual.
Proses-proses individual,
sub-sub kelompok, maupun seluruh proses kelompok, terjadi secara simultan dan
silih berganti secara sangat cepat, dengan demikian pekerja sosial diharapkan
untuk tidak menempatkan diri pada posisi untuk mengontrol/mengendalikan secara
aktif terhadap seluruh proses-proses tersebut. Perhatian utama dari pekerja
sosial dalam hal ini adalah berupaya untuk mengembangkan suatu cara untuk
mengidentifikasi segala potensi perubahan individual dalam suatu situasi yang
aktual. Selain itu, pekerja sosial juga
berupaya untuk melakukan seluruh kegiatan-kegiatannya dengan penuh
kesadaran diri untuk mencapai tujuan tertentu, serta memahami cara
melakukannya.
Situasi kelompok merupakan
salah satu dari benyak peristiwa yang dapat digunakan dalam mencapai upaya
perubahan yang akan dilakukan. Tidak ada satu aspek pun dalam kelompok yang
dapat dijadikan sebagai satu-satunya sumber perubahan. Dengan demikian pekerja
sosial tidak perlu merasa cemas akan kehilangan kesempatan tersebut, karena
selalu masih ada kesempatan lain yang dapat dimanfaatkan.
A. INTERAKSI
(INDIVIDUAL) SATU PERSATU
Isu pokok bagi
pekerja sosial ialah, apakah interaksi satu persatu ini telah terjadi secara
cukup memadai antara pekerja sosial dengan anggota kelompok. Banyak pekerja
sosial yang meyakini bahwa interaksi itu justru akan merusak proses saling
tolong menolong, dimana anggota dapat memperoleh bantuan atau pertolongan yang
dibutuhkan dari anggota lain melalui keterlibatannya dalam proses kelompok bukan
dari pekerja sosial.
Suatu
keputusan yang sulit harus diambil oleh pekerja sosial, untuk menentukan apakah
aggota kelompok tertentu akan dibantu melalui interaksi satu persatu , atau
dibantu melalui pemberian pengaruh pada proses kelompok, sehingga proses
kelompok inilah yang nantinya akan membantu individu tersebut. Keputusan ini
harus diambil berdasarkan penelaahan secara seksama atas situasi spesifik yang
dihadapi. Berikut ini adalah beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
mengambil keputusan atas isu pokok tersebut:
1.
Apakah
kelompok tersebut telah siap untuk melaksanakan kegiatan yang akan memberikan
manfaat bagi anggotanya? Kelompok tersebut mungkin masih terlalu sibuk dengan
tugas-tugas administratif awal yang cukup memberatkan, jumlah anggota kelompok
yang membutuhkan perhatian individual mungkin terlalu banyak, atau kelompok
tersebut mungkin memiliki suatu sikap tertentu kepada anggotanya yang kuang
menguntungkan, dan sebagainya. Pada situasi seperti ini , sering kali pekerja
sosial harus berinteraksi secara langsung dengan aggota individual yang
membutuhkannya.
2.
Apakah
masalah yang di hadapi oleh anggota tersebut memiliki sifat “Kritis”, di
mana penundaan pemberian bantuan secara
segera akan menimbulkan dampak yang sangat serius? Pekerja sosial mungkin dapat
mencoba untuk mengubah beberapa kondisi kelompok, apabila anggota di nilai dapat
menunggu pemberian pertolongan untuk beberapa saat. Pekerja sosial dengan
demikian menempati posisi untuk menimbang bagaimana dampak yang harus di
tanggung selama menunggu sampai kelompok di rasa siap untuk memberikan
bantuannya.
3.
Apakah
terdapat dampak negatif, dalam jangka panjang jika salah satu anggota kelompok
tersebut di beri perhatian secara khusus melalui suatu interaksi satu persatu/
kita telah memahami adanya suatu fenomena “murid kesayangan” (Teacher’s pet).
Keadaan ini merupakan salah satu dampak negatif yang mungkin timbul akibat
pemberian perhatian anggota tertentu yang di berikan kepada anggota yang lain.
Anggota lain mungkin akan mengembangkan sikap permusuhan dengan anggota yang di
beri perhatian lebih oleh pekerja sosial. Kemungkinan lain, anggota kelompok
justru juga terlibat untuk membantu orang yang bermasalah tersebut yang mungkin
akan menimbulkan dampak pada penciptaan “Label” tertentu terhadap orang yang di
beri bantuan. Label ini mungkin dapat bersifat permanen sehingga orang tersebut
menempati posisi “sangat bergantung” pada kelompok.
4.
Adakah
dampak negatif dalam jangka panjang bagi kelompok jika pekerja sosial
memberikan pertolongan / bantuan kepada anggota melalui interaksi persatu? Kita
telah membahas bahwa alasan pekerja sosial untuk menggunakan kelompok adalah
sebagai sumber perubahan yang tidak di miliki oleh pendekatan pertolongan satu
persatu, dengan demikian peranan pekerja sosial adalah membantu kelompok agar
mampu menolong anggotanya sendiri. Pertolongan dengan menggunakan pendekatan
satu persatu dapat di gunakan oleh pekerja sosial, akan tetapi pendekatan ini
bukan merupakan pilihan utama. Penggunaan yang terlalu sering pada pendekatan
ini akan menimbulkan adanya persepsi bahwa bantuan utama bagi anggota kelompok
datang dari pekerja sosial, bukan dari kelompok. Hal ini jelas sangat merugikan
kelompok, dan proses interaksi antar anggota kelompok yang sangat bermanfaat
akan tersia-siakan.
5.
Apakah
bantuan yang di berikan oleh kelompok terhadap salah satu anggotanya akan memiliki
dampak yang serius bagi anggota lainnya? Seorang anggota kelompok mungkin
memiliki permasalahan yang jika di pecahkan oleh kelompok, mungkin akan
memiliki dampak yang membahayakan bagi anggota lainnya. Misalnya dalam suatu
kelompok pasien Rumah sakit jiwa, seorang anggota kelompok memiliki kecemasan
yang sangat besar tentang bayangan atau fantasi seksualnya. Pekerja sosial
berkeyakinan bahwa diskusi kelompok yang membahas masalah seksual tersebut akan
dapat membangkitkan kecemasan-kecemasan anggota kelompok lainnya, dengan
demikian pekerja sosial harus melakukan interaksi satu persatu pada anggota
kelompok tersebut di luar situasi kelompok.
6.
Adakah
alasan-alasan logis yang memberikan jaminan atas kerahasian masalah yang di
hadapi oleh individu yang bersangkutan? Pengungkapan seorang anggota tentang
suatu masalah mungkin mengharuskannya untuk membeberkan informasi kepada
kelompok yang mungkin sangat merugikan. Dengan kata lain, jika penggunaan
proses kelompok dalam memecahkan kasus seorang anggota di anggap akan merusak
kerahasiaannya, maka interaksi satu persatu dapat menjadi pilihan utamanya.
7.
Bentuk
pertolongan manakah (individual atau kelompok) yang sekiranya lebih potensial
untuk Memecahkan masalah?
Pada sebagian kasus, jika kelompok dipersiapkan sedemikian rupa untuk
memecahkan suatu masalah, maka pengaruh interksi anggota kelompok dapat lebih
bermanfaat dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan oleh pekerja sosial
saja. Kecuali jika kelompok tersebut memang sedang dilanda pertiakaian atau konflik
yang parah, atau jika kelompok tersebut memang kurang berpotensi untuk membahas
persoalan yang dihadapi, atau jika anggota yang bermasalah tersebut diisolasi
oleh anggota kelompok lainnya.
Setelah mempertimbangkan berbagai kriteria tadi, maka
pekerja sosial masih harus memutuskan apakah interaksi satu persatu tersebut
harus dilakukan keluar kelompok, atau dengan dihindari oleh anggotanya lainnya.
Jika interaksi tersebut dilakukan diluar kelompok, maka pekerja sosial perlu
perlu mengembangkan suatu teknik yang sama dengan metode dan teknik yang biasa
digunakan dalam pertemuan indvidual, yaitu: “interpretasi konfrontasi, support
dan pemberian nasehat”
Interaksi
individual yang dilakukan didalam kelompok juga memiliki persamaan dengan
metode dan teknik pekerja sosial individual (Case Work), perbedaannya hanyalah
terletak pada dampak atau efek yang mungkin timbul. Intervensi individual
didalam kelompok, mau tidak mau, akan didengar, dan dengan demikian efek dari
intervensi tersebut mungkin akan sangat berbeda dengan intervensi
case work yang hanya dihidiri oleh
pekerja sosial dengan klien saja secara pribadi.
Beberapa bentuk intervensi satu
persatu ini dapat diuraikan secara singkat berbagai berikut:
1. Mengubah
pemikiran-pemikiran dan keyakinan
Anggota kelompok
mungkin memiliki suatu anggapan yang kurang rasional dan mengakibatkan dirinya
membuat penilaian-penilaian terhadap dirinya sendiri sesuai dengan pemikiran
atau keyakinan tersebut pemikiran dan keyakinan negatif tersebut misalnya:
seseorang tidak akan mungkin untuk
mengendalikan emosi-emosinya, seseorang harus memiliki segalagalanya jika dia
ingin mencapai sesuatu, dan sebagainya. Ellis dan Harper telah mengembangkan
serangkaian teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial untuk menggubah atau
memodifikasi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keyakianan irasioanal
tersebut. Secara umum teknik ini dirahkan untuk mendorong orang untuk
mengidenfikasi keyakinan-keyakianannya orang untuk memodifikasinya, menunjukan
kapan keyakinan irrasional tersebut secara eksplisit maupun implisit
terekspresikan, dan selanjutnya pekerja sosial memberikan alternatif keyakinan
lain yang lebih rasional dan dapat dijangkau.
2. Meningakatkan
kesadaraan
Salah satu
teknik untuk meningkatkan kesadaran anggota kelompok terhadap berbagai aspek
dari dirinya sendiri maupun orang lain adalah “konfrontasi” (Confrontation).
Teknik ini merupakan salah satu bentuk intervensi dengan memberikan
pernyataan-pernyataan secara akrab dan hangat
kepada anggota kelompok mengenai perasaan-perasaan, pikiran-pikiran atau
perilaku-perilaku yang menghambat kesadarannya. Oleh karena individu seringkali
mengalami hambatan dalam bidang ini, teknik konfrontasi ini dapat dapat
membantu anggota kelompok untuk mengungkapkan kecemasan-cemasan serta kemarahan-kemarahannya
kepada pekerja social. dan pekerja social kemudian harus mempersiapkan diri
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan respon terhadap perasaan-perasaan
tersebut.
Pekerja
sosial
akan dapat melaksanakan teknik ini dengan anggota-anggota lainnya, karena hanya
dengan perasaan inilah mereka dapat mereflesikan implikasi informasi yang
diungkapkan melalui konfrontasikan dengan baik, dan tidak berusaha
menyembunyikan perasaan-perasaannya.
Teknik lain yang dapat meningkatkan kesadaran anggota
kelompok adalah “interprestasi” (interpretion). teknik ini harus dipandang
sebagai suatu proses, bukan sekedar pernyataan tunggal .proses ini merujuk pada
kesadaran anggota akan adanya hubungan antara dua rangakaian peristiwa yang
saling kait mengkait
Contoh dari kesadaran ini terjadi jika seorang anggota
kelompok menyadari bahwa perilakunya merupakan reaksi dari perilaku anggota
kelompok yang lain (satu rangkaian peristiwa) yang ternyata perilaku tersebut
sama dengan reaksinya terhadap perilaku adiknya didalam keluarganya (rangkaian
peristiwa lain)prosesnya dimulai bilamana pekerja social mulai menyadari adanya
suatu rangakaian peristiwa, dan kemudian menyadari pula adanya hubungan antara
kedua rangakain peristiwa tersebut. biasanya proses ini terjadi melalui suatu
periode waktu yang lama, dimana anggota tersebut mereflesi setiap rangakaian
peristiwa serta hubungan-hubungan yang mungkin terjadi diantara peristiwa yang
satu dengan peristiwa lainnya. teknik ketiga dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran anggota adalah dengan
mengubah “atribusi” (Attribution). Atribusi ini juga merupakan suatu kesadaraan
yang dimiliki oleh anggota kelompok yang berasal dari alam dirinya sendiri
maupun yang berasal dari lingkungannya mengenai hakikat dan penyebab munculnya
suatu peristiwa. Dalam teknik ini, pekerja sosial berupaya untuk memodifikasi
atribusi tersebut dengan cara memberikan pernyataan mengenai keyakinan sendiri
serta penjelasan mengenai alasan-alasan terjadinya suatu peristiwa. Teknik ini seringkali juga disebut
“Reframing”
3. Memberikan
penguatan (Reinforcement)
Pekerja sosial
dapat membantu anggota kelompok untuk melakukan suatu bentuk perilaku tertentu
yang diharapkan, dengan cara memberikan hadiah. Pemberian hadiah ini
berperan sebagai penguatan ini dapat dalam bentuk verbal
seperti pujian, bentuk fisik seperti sentuhan hangat pada tangan /lengan. Atau
dalam bentuk material seperti uang atau barang. Bentuk lain dari penguatan ini
dapat juga berupa penolakan atau kritik atas perilaku yang ditampilkan oleh
anggota.
4. Memberikan
Model
Pekerja sosial juga dapat membantu anggota kelompok untuk
mempelajari suatu perilaku yang diharapkan dengan cara memberikan model.
pekerja sosial dapat melakukan hal ini secara implisit, pekerja sosial dapat
berbicara dengan lembut, tenang, dan halus pada saat anggota kelompok yang
ingin dirubah bicara dengan cara berteriak-teriak. secara eksplisit, pekerja
sosial dapat meminta anggota kelompok yang
bersangkutan untuk mengobservasi
pekerja sosial pada saat dia melakukan permaianan peranan, dan para
anggota kelompok diminta untuk memberikan reaksi secara verbal tentang bagaimana seharusnya
dilakukan.
5. memberikan bantuan dalam menghadapi ketegangan
perasaan
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pekerja
sosial untuk membantu anggota dalam menghadapi perasaan ketegangan adalah dengan cara
membesarkan hatinya. Cara lain yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial adalah
membantu anggota kelompok untuk mencapai kondisi rileks. Cara ini dapat
dilakukan
dengan cara memberikan latihan relaksasi otot serta mendorong anggota untuk menggunakan prosedur ini pada
setiap saat dia menghadapi ketegangan.
6. Mengubah Sikap
Pekerja sosial dapat membantu anggota untuk mengubah
sikap-sikapnya yang selama ini menghambat pencapaian suatu tujuan. Pekerja sosial dapat memberikan alas
an-alasan tentang perlunya mengubah sikap mereka. Pekerja sosial juga dapat
mengajarkan kepada anggota kelompok untuk melakukan suatu aktivitas yang tidak
konsisten/ bertentangan dengan sikap anggota yang bersangkutan. Misalnya
kelompok yang beranggotakan orang-orang yang mempunyai sikap negatif terhadap
suku tertentu, pekerja sosial dapat memberikan bukti-bukti bahwa sikap mereka adalah salah.
7. Pemberian penugasan untuk melakukan peran
Pekerja sosial dapat menggunakan suatu cara yang
sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan dalam suatu interaksi satu persatu. Cara
ini dapat dilakukan melalui penugasan kepada anggota kelompok untuk melakukan
suatu aktivitas kelompok. Aktivitas ini diharapkan dapat menjadi suatu
kesempatan bagi anggota untuk mempelajari perilaku-perilaku baru, kesempatan
untuk mengubah pandangan terhadap orang lain, kesempatan untuk mengekspresikan
perasan-perasaan baru, serta dapat juga
menjadi suatu kesempatan untuk melihat suatu peristiwa dari perspektif
yang berbeda. Penugasan ini dapat berupa
keharusan anggota untuk duduk dalam suatu permainan, atau berperan untuk
memimpin suatu diskusi.
B. INDIVIDU SEBAGAI TARGET INTERVENSI KELOMPOK
Pada bahasan ini kita akan menggambarkan bagaimana
pekerja sosial dalam melakukan intervensi
ke dalam proses kelompok,
sehingga dapat membawa manfaat pada anggota individu tertentu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam penggunaan kelompok:
1. Faktor waktu
Salah satu faktor yang
sangat penting dalam meningkatakan perubahan individual melalui kelompok adalah
faktor waktu. Faktor waktu ini dapat terpecah lagi dalam tiga unsur:
-
Kerangka waktu, pekerja sosial dapat meminta kepada kelompok
untuk mengalokasikan waktu tertentu kepada seorang anggota yang membutuhkan
perhatian khusus dari pekerja sosial.
-
Pendekatan tertentu, yang digunakan di dalam kelompok
untuk membantu anggota secara individual, misalnya pendekatan pemecahan masalah,
alokasi peran, umpan balik.
-
Intensitas perhatian kelompok kepada anggota secara
individual.
Pertanyaan yang harus terjawab sehubungan dengan
permasalahan ini adalah, berapa banyak waktu yang diberikan oleh kelompok
kepada pekerja sosial untuk melakukan interaksi satu persatu kepada salah
seorang anggota yang membutuhkan.
2. Faktor ukuran
(size) kelompok
Ukuran
kelompok ini mungkin menjadi faktor utama yang menentukan pemberian waktu
kepada pekerja sosial untuk melakukan interaksi kepada salah seorang anggota
yang membutuhkan. Kelompok yang kecil ( 5- 7 anggota ) mungkin lebih
memungkinkan untuk memperhatikan salah satu anggota yang membutuhkan,
sebaliknya kelompok yang besar mungkin kurang memberikan perhatian terhadap
salah satu anggota.
3. Isu-isu teoritis
Isu teoritis
ini mencakup perhatian utama pekerja sosial yang dijadikan landasan teoritis
bagi pelaksanaan praktek pertolongannya, artinya landasan teoritis mana yang
menjadi perhatian pekerja sosial. Teori yang satu menyatakan bahwa fokus dari
kelompok adalah proses kelompok yang
terutama menggarisbawahi tentang pentingnya relasi antara anggota, atau kurang
memberikan perhatian kepada masalah individu satu persatu.
Sedangkan
teori yang lain justru lebih mengutamakan perhatian kepada masalah individu satu persatu, karena bagaimana juga, tujuan akhir
dari suatu proses pertolongan, baik secara individual ataupun secara kelompok,
adalah keberfungsian orang sebagai individu.
Selain isu
tentang pendekatan teoritis, perlu pula dibahas tentang strategi perubahan yang
akan dilaksanakan. Strategi ini berkisar pada peranan pekerja sosial dalam
intervensi, yaitu peranan aktif atau pasif. Peranan pasif berarti bahwa pekerja
sosial mempunyai asumsi bahwa kelompoklah yang berperan aktif dalam mengubah
perilaku anggotanya. Peranan aktif berarti bahwa pekerja sosial berupaya dengan
menggunakan kemampuannya untuk mengubah persepsi, kognisi, afeksi, dan perilaku
anggota kelompok serta memfasilitasi upaya
pemecahan masalah yang dilakukan. Beberapa teknik yang relavan dengan
hal ini adalah :
a. Teknik
untuk mengubah persepsi individual
Salah satu
proposisi yang telah mapan mengenai kelompok adalah, bahwa kelompok sangat
berpengaruh dalam mengubah persepsi individu terhadap suatu realita. Prinsip
ini tentu saja dapat dilihat secara terbalik : bahwa selain mengubah persepsi
individu untuk menjadi semakin dekat dengan realita, maka kelompok juga dapat
mengubah persepsi individu untuk menjadi semakin jauh dari realita.
Pemikiran yang
mendasari proposisi ini adalah : semakin banyak orang yang melihat suati
fenomena atau suatu peristiwa , maka akan lebih baik dibandingkan dengan satu
orang. Pekerja sosial dapat menggunakan teknik ini dalam berbagai cara.
Bilamana terdapat permasalahan yang berkisar tentang akurasi persepsi yang
dimiliki oleh seorang anggota, maka pekerja sosial dapat melontarkan isu
tersebutkepada anggota lain, dan meminta mereka untuk memberikan informasi
sebagai tanggapan atas peristiwa atau
situasi yang bersangkutan. Informasi ini kemudian disampaikan kepada individu
yang dirasa mengalami kesalahan dalam hal persepsinya terhadap peristiwa atau
situasi tersebut.
b. Teknik
untuk mengubah kognisi individu
Permasalah
yang dihadapi anggota kelompok seringkali berhubungan dengan apa yang mereka
pikirkan atau yang mereka persepsikan tentang suatu situasi yang dihadapinya.
Satu tipe kognisi yang sangat penting adalah “atribusi” (Atrribution), yaitu
apa yang diyakni oleh anggota tentang penyebab perilakunya atau penyebab
perilaku orang lain. Atribusi
ini dianggap penting karena orang akan cenderung untuk mengubah lingkungan yang
dia yakini sebagai penyebab timbulnya masalah yang dihadapinya.
Kelompok merupakan suatu media yang
sangat subur bagi pengembangan pengubahan sangat subur bagi pengembangan
pengubahan atribusi ini, anggota kelompok dapat mengobservasi perilaku anggota
satu sama lain, dan selanjutnya mereka akan dapat memberikan umpan balik kepada
masing-masing anggota. Pekerja sosial dapat memanfaatkan umpan balik ini untuk
membantu tiap anggota dalam memilih sasaran perubahan yang sesuai, baik sasaran
internal, lingkungan, atau bahkan keduanya.
Jika perilaku anggota terjadi dalam
suatu lingkungan yang sangat bervariasi dan sangat menekannya, maka anggota
tersebut akan menilai perwujudan perilaku yang negatif terhadap dirinya
sendiri. Dia akan berusaha untuk mengubah perilakunya itu sehingga menghasilkan
penampilan yang sesuai dengan lingkungannya. Bila perilaku lingkungan terutama
terjadi dalam satu situasi problematik, sehingga dia berupaya untuk mengubah
situasi tersebut.
Contoh pertama, jika dalam suatu
kelompok yang terdiri dari anak-anak nakal yang masing-masing disebabkan oleh
penyebab yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain, maka pekerja
sosial dapat melakukan suatu upaya yang diarahkan untuk mengubah pikiran atau
keyakinan anak-anak tersebut sehingga mereka dapat menyesuaikan diri pada
situasi masing-masing.
Contoh kedua jika suatu kelompok yang
beranggotakan ibu-ibu yang mendapat perlakuan buruk dari suami, artinya situasi
yang menjadi penyebab timbulnya masalah adalah sama, yaitu perlakuan buruk dari
suami, maka pekerja sosial dapat melakukan suatu upaya yang ditujukan untuk
mengubah keyakinan anggota agar mereka sepakat untuk mengubah penyebab masalah.
c.
Teknik
untuk mengubah afeksi individu
Bagian ini sebenarnya lebih tepat
disebut sebagai “upaya untuk mengungkapkan perasaan”. Teknik ini merupakan
kebalikan dari teknik meredakan ketegangan melalui relaksasi. Tugas pekerja
sosial adalah mendorong atau mengupayakan suatu cara agar individu yang mengalami
ketegangan dapat mengumkapkan emosinya, dan meminta anggota yang lain untuk
memberi tanggapan.
d.
Teknik
untuk mengubah aksi/perilaku individu
Anggota kelompok, pada dasarnya
memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas anggota
lainnya, termasuk pikiran-pikirannya, serta perasaan-perasaannya. Seperti telah
kita bahas, bahwa anggota suatu kelompom dapat meningkatkan atau mengurangi
suatu perilaku tertentu melalui prinsip-prinsip penguatan (reinforcement).
Penguatan ini dapat berupa pemberian hadiah bagi suatu perilaku yang
diharapkan, dan pemberian hukuman bagi perilaku yang tidak sesuai dengan
harapan.
Bentuk pemberian hadiah ini dapat
berupa aktivitas verbal seperti pujian, atau bentuk perilaku non verbal seperti
tepukan tangan, maupun pemberian materi seperti permen, makanan atau uang.
Hukuman juga dapat berupa verbal seperti kritik, atau non verbal seperti gambar
warna merah untuk penolakan atau kritik.
Cara lain untuk mengubah perilaku
individu ini dapat dilakukan dengan cara “modelling”, anggota kelompok dapat
menampilkan suatu bentuk aktivitas tertentu sebagai respon terhadap suatu
masalah yang dihadapi oleh seorang anggota individual, dan individu tersebut
dapat diminta untuk mengamati aktivitas modelling tersebut dengan seksama.
e.
Teknik
untuk membantu individu dalam memecahkan masalah
Teknik ini ditujukan untuk memberikan
gambaran yang diberikan oleh kelompok kepada individu yang mengalami masalah
dan memecahkan masalah tersebut. Istilah pemecahan masalah ini berarti suatu
proses kognitif dan rasional untuk mengidentifikasi, menilai, memilih, dan
mengimplemetasikan suatu solusi atas berbagai alternatif yang ada. Proses
pemecahan masalah ini dapat digunkan untuk menentukan suatu rangkaian kegiatan
yang bermanfaat bagi kelompok, memecahkan masalah yang dihadapi oleh beberapa
anggota kelompok, atau untuk memecahkan masalah yang dialami oleh salah satu
anggota kelompok saja.
Pengambilan keputusan tentang proses
pemecahan masalah yang dipilih, adalah berdasarkan konsensus dari anggota yang
terbanyak. Hal ini dapat berakibat buruk jika individu yang ingin dibantu oleh
kelompok ternyata menolak alternatif pemecahan yang diputuskan oleh mayoritas
anggota kelompok. Jika hal ini terjadi, maka individu yang bersangkutan harus
mengemukanakan seluruh komponen yang menjadi dasar penolakan atas alternatif
yang disodorkan/ditawarkan oleh kelompok kepada anggota individu yang
bersangkutan, tetapi minimal hal ini dapat menjadi masukan yang sangat berharga
bagi individu yang bersangkutan.
f.
Teknik
untuk menstrukturisasi peranan anggota.
Prosedur kelompok tersebut di atas
didasarkan pada pemikiran bahwa setiap anggota akan saling pengaruh
mempengaruhi melalui suatu interkasi satusama lain. Sebagai tambahan, kelompok
ini melalui bantuan pekerja sosial dapat berupaya untuk mengubah anggota
melalui pemberian penguasaan untuk melaksanakan suatu peranan tertentu dalam
kelompok. Tujuan yang diharapkan dari pemberian peranan ini dalah sebagai alat
atau instrument yang dapat digunakan untuk mengubah harapan-harapan anggota.
Pekerja sosial sendiri, atau kelompok
dengan bantuan pekerja sosial dapat menentukan strategi sendiri sesuai dengan
tujuan tersebut. Salah satu peranan yang dapat dikembangkan adalah peranan
sebagai “pengurus” dalam suatu kelompok yang terstrukturisasi. Tipe atau bentuk
peranan yang akan dikembangkan ditentukan oleh kelompok dengan bantuan pekerja
sosial, yang dilandasi oleh suatu assesment terhadap kebutuhan kelompok maupun
kebutuhan anggota.
Contoh dari tekhnik ini : misalnya
dalam suatu kelompok anak-anak, dimana terdapat salah satu anggota kelompok
yang merasa dirinya dikucilkan atau tidak diterima oleh anggota lainnya, hanya
karena dia adalah satu satunya anak yang berasal dari keluarga suku jawa
diantara anggota lain yang berasal dari suku sunda. Pekerja sosial dapat
memberikan peran kebudayaan jawa, dan diminta untuk menceritakan suatu dongeng
khas jawa, selanjutnya anggota yang lain diminta untuk memberikan tanggapannya.
C. TAHAP-TAHAP
PERUBAHAN INDIVIDUAL
Suatu
perubahan pada umumnya merupakan hasil dari suatu proses yang bergerak dari
identfikasi masalah, assessment, penentuan
tujuan dan stabilisasi usaha
perubahan. Urutan ini dapat terjadi di
dalam suatu proses pengalaman kelompok maupun dalam proses konseling individual satu persatu. Kelompok dengan bimbingan seorang pekerja sosial,
berupaya mengadakan perubahan terhadap individu anggotanya dengan cara
mengembangkan tahapan perubahan ini.
Identifikasi masalah dapat
dipercepat melalui peningkatan persepsi
anggota kelompok tentang situasi
problematis yang dihadapi. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu,
bahwa persepsi ini dapat ditingkatkan
melalui tukar pikiran antar anggota
tentang suatu situasi.
Assessment dipengaruhi oleh
penilaian anggota terhadap masalah yang
dihadapi, dengan demikian kelompok
dapat membantu anggota untuk mengidentifikasi
suatu perilaku tertentu.
Tujuan
pemecahan masalah ditentiikan oleh anggota kelompok serealistis mungkin sesuai dengan kemampuan individu yang
bersangkutan, serta kesempatan yang ada maupun tuntutan dari lingkungan.
Dari
kesemuanya ini, maka individu yang bersangkutan harus sadar dan mampu untuk mengekspresikan
perasaan-perasaannya tentang masalah yang dihadapi serta mengidentifikasi orangorang yang berkaitan
dengan iaasalah tersebut. Sedangkan kelompok, pada umumnya hanya memfasilitasi prosess tersebut.
Rencana
perubahan merupakan alternatif terp mengenai
prosedur perubahan Perencanaan ini sangat tergantung dari hakikat dan
sifat dari masalah tersebut. Hal ini mungkin berupa suatu pilihan untuk mengubah persepsi, mengubah perasaan,thenguba.h atribusi, atau mengubah aktivitas individu yang bersangkutan.
D. INTERAKSI
LINGKUNGAN
Pada bahasan ini kita akan metnpelajari bagaitnana orang dapat dibantu untuk
mengubah lingkungan secara lebih efektif
melalui interaksi individual satu persatit dengan pekerja sosial, dengan
anggota lain, atau melalui kelompok yang
dibimbing oleh pekerja sosial. Bantuan
yang diberikan kepada individu, dalam
hal ini: mungkin merributuhkan suatu bentuk
intervensi pekerja sosial, terutama yang berupa interaksi pekerja sosial dengan lingkungan yang bertujuan
untuk membantu individu anggota kelompok:
Istilah lingkungan sebenarnya bukan merupakan suatu istilah
spesifik, yang dimaksud dengan lingkun.gan, yang menjadi sasaran perubahan di sini bisa berupa
lembaga sosial dimana kelompok tersebut dibentuk, anggota keluarga dan setiap anggota kelompok, sosial,
lembaga-lembaga hukum,
peer group, dan sebagainya.
Pekerja sosial akan menentukan sasaran lingkungan
sebagai bagian dari rencana untuk inernbantu individu dalam mencapai tujuantujuannya. Rencana tersebut berkisar
pada upaya perubahan beberapa aspek dari
individu yang bersangkutan maupun
aspek-aspek dari lingkungan.
Alasan-alasan utama yang menjadi landasan pikir baku pekerja
sosial untuk memberikan intervensi kepada
lingkungan adalah :
1.
Perubahan
lingkungan merupakan prasyarat bagi perubahan
individu, sedangkan individu tersebut memiliki
keterbatasan kemampuan untuk berubah. Pekerja
sosial dapat membantu individu yang bersangkutan
untuk meperoleh kemampuan ini dengan menggunakan lingkungan
sebagai sumber perubah.
2.
Anggota kelompok memberikan dukungan penuh atas keputusan
yang diambil oleh pekerja sosial, oleh karena itu pekerja sosial perlu mencari tahu apa yang menjadi alasan individu
tersebut memberikan dukungannya.
3.
Jika anggota kelompok tidak mampu melakukannya sendiri, maka pekerja sosial harus menentukan siapakah yang paling
tepat dijadikan agen perubah. tersebut. Bisa kelompok atau pekerja sosial itu sendiri
Peran-peran pekerja sosial.
Bila
pekerja sosial melakukan intervensi kepada lingkungan
dalam rangka melakukan perubahan pada perilaku
an ota kelompok, maka pekerja sosial mungkin
dapat melaksanakan salah satu atau lebih dari beberapa peran berikut :
a. Advocate.
Charles
F. Grosser menegaskan bahwa klien seringkali berada pada situasi konflik dengan berbagai institusi
sosial. Oleh karena itu, pekerja sosial yang melaksanakan peran advocate ini dapat berfungsi sebagai
partisan dalam konflik tersebut. Alasan yang mendasari pelaksanaan peranan ini adalah salah satu pihak
yang tertindas oleh pihak lainnya, atau terjadi perselisihan yang berat sebelah. Pekerja sosial
dalam hal ini dapat melakukan upaya-upaya untuk memberikan argurnentasi, debat,
tawar menawar, negosiasi, atau memanipulasi lingkungan sehubungan dengan permasalahan yang
dihadapi oleh klien/ anggota kelompok.
b. Mediator
Pada
"peranan ini, pekerja sosial berupaya untuk memecahkan
perselisihan antaraan anggota yang
satu dengan anggota yang lain. Pada peranan ini,
pekerja sosial juga membantu kelompok-kelompok
yang bertentangan untuk saling bernegosiasi.
Teknik yang dapat digunakan oleh pekerja
sosial antara lain : menyediakan waktu dan
kesediaan untuk mendengarkan serta melakukan
komunikasi dengan kedua pihak yang bertikai,
menciptakan pertemuan antara dua kelompok atau an ota yang bertikai,
bersedia memusatkan perhatian pada masalah
yang dihadapi, melakukan
persuasi, serta mendamaikan mereka.
c. Broker
Pada peranan
ini, pekerja sosial Memusatkan
perhatiannya pada upaya untuk membantu anggota
kelompok untuk memilih sumber-sumber sosial
yang dibutuhkan, dan kemudian membantu anggota
kelompok untuk memilih sumber-sumber
sosial yang dibutuhkan, dan kemudian membantu
mereka memanfaatkan sumber tersebut. Aspek penting dalam peranan
ini adalah mengupayakan suatu tindakan agar
unsur-unsur dari lingkungan, serta
sumber-sumber sosial yang berada
dalam lingkungan agar bersedia memberikan
informasi kepada anggota kelompok mengenai
prosedur pemanfaatannya.
Teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial dalam hal
ini adalah : pengumpulan informasi, pemberian penjelasan
tentang
persyaratan dalam memanfaatan suatu
sitem sumber, menjelaskan kepada
anggota bahwa prosedur pemanfaatan sistern
sumber yang dibutuhkan tersebut masih bersifat fleksibel, dsb.
d. Conferee
Middleman dan Goldberg
menggarnbarkan peranan ini dalam suatu
situasi dirnana dua atau lebih orang
yang berkonsultasi bersarna, mendiskusikan
dan membandingkan opiniopininya
berunding, serta merencanakan kegiatan
yang akan dilakukan serta konferensi. Aktifitas
utama yang dalam peranan ini adalah upaya
pemecahan masalah serta peningkatan proses komunikasi.
0 comments:
Post a Comment