BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku manusia dipengaruhi oleh konsep diri. Konsep
diri memainkan peranan yang sentral daalam tingkah laku manusia, dan bahwa
semakin besar kesesuaian diantara konsep diri dan realitas semakin berkurang
ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin berkurang perasaan
tidak puasnya. Hal ini karena cara individu memandang dirinya akan tampak dari
seluruh perilakunya. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan
batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri
mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul
perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan
terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan
ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya
merasakan adanya kesimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi.
1.2. Masalah/Topik Bahasan
Yang menjadi Masalah/Topik Bahasan dalam makalah ini
yaitu :
1.2.1. Apakah pengertian dari perilaku itu sendiri, kemudian
bentuk-bentuk perilaku, serta domain perilaku ?
1.2.2. Bagaimanakah proses terjadinya perilaku itu, serta asumsi-asumsi determinan
apa yang terdapat pada perilaku ?
1.3. Tujuan
Tujuan
penulisan dari
makalah ini antara lain :
1.3.1.
Untuk memahami dan
mengetahui konsep-konsep perilaku tersebut secara spesifik.
1.3.2. Untuk memahami dan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi konsep perilaku itu sendiri.
1.3.3. Untuk memenuhi
tugas makalah mata kuliah Teori-Teori Pekerjaan Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul
“Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah
gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan
mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu,
misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah
bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan
sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang
membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada
dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari
sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan,
binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme
– Respon.
Skiner membedakan adanya dua proses.
1.
Respondent
respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
Stimulus semacam ini disebut electing
stimulation karena menimbulkan respon-respon
yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk
makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah
menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan
mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental
respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus
atau perangsang tertentu. Perangsang
ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon.
Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik
(respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh
penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan
lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
2.2. Bentuk
Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku
Tertutup (Convert Behavior)
Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (Convert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain.
2. Perilaku
Terbuka (Overt
Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain.
2.3. Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni.
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
setimulus objek
terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada
stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan
tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo,
2003 hal 122).
2.4. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu
didalam tiga domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain),
ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor
domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (Knowladge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor Internal : Faktor dari dalam diri sendiri,
misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
b. Faktor Eksternal : Faktor dari
luar diri, misalnya keluarga,masyarakat,sarana.
c. Faktor pendekatan belajar : Faktor
upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain
pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada
kaitannya dengan yang lain.
e. Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi/objek.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu
objek.
b. Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak
(tend to behave).
Seperti halnya pengetahuan, sikap
ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima
diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang
lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan
memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon Terpimpin (guide
response)
Dapat melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila
seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat
tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah
suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan
itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat
dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974)
seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan
yakni :
a. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
b. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang
terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
2.5. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi enam macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Beberapa teori lain yang telah
dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku
khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain
1.
Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non
behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Faktor predisposisi (predisposing
factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan
sebagainya.
c. Faktor pendorong (reinforcing
factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.
Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat
sekitarnya (social support).
c. Adanya atau tidak adanya
informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of
information).
d. Otonomi pribadi orang yang
bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk
bertindak (action situation).
3.
Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :
Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
objek (objek kesehatan).
a. Pemikiran dan perasaan (thoughts
and feeling), yaitu dalam bentuk pegetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan
penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan)
b. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain.
c. Kepercayaan sering atau
diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan
berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
d. Sikap menggambarkan suka atau
tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman
sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati
atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu
kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
e. Tokoh penting sebagai panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
f. Sumber – sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang waktu, tenaga
dan sebagainya.
Perilaku
normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan
selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2003).
2.6.
Perilaku Manusia Menurut Berbagai Aliran
a. Manusia Menurut Aliran Psikoanalisis
Manusia menurut
aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk yang digerakkan
oleh suatu keinginan yang terpendam dalam jiwanya (homo volens). Aliran
psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, Fokus aliran ini
adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi sub
sistem dalam kepribadian manusia yaitu :
1. Id, yaitu
bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia
merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan
cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak
mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian
:
1) Libido – insting reproduktif penyediaan energi
dasar untuk kegiatan – kegiatan kosntrukstif disebut juga sebagai insting
kehidupan (eros).
2) Thanatos –
insting destruktif dan agresif.
2. Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan
realitas di dunia luar. Ego Adalah mediator antara
hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang
menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud
rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas.
3. Super ego, yaitu unsur yang menjadi
polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut
juga sebagai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan
kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak
berlainan dibawah alam sadar.
Dari hal tersebut di atas maka menurut
psikoanalis perilaku manusia adalh merupakan interaksi antara komponen
biologis / unsur hewani (id), komponen psikologis / unsur akal rasional (ego)
dan komponen sosial / unsur moral (super ego ).
b.
Manusia Menurut Aliran Behaviorisme
Manusia menurut aliran ini adalah homo
mechanicus atau perilakunya digerakkan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku
sebagai hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat pengaruh dari
lingkungannya. Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”.
Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin
ketika lahir artinya manusia belum memiliki “warna mental”. Pada
perkembangannya yang menyebabkan berubahnya dan bertambahnya warna mental
tersebut adalah pengalaman. Secara singkat maka aliran ini menekankan
bahwa perilaku manusia, kepribadian manusia, serta tempramen didasarkan pada
pengalaman inderawi (sensory experience).
Konsep perilaku manusia di atas
oleh salah tokoh aliran ini Ivan Pavlov disempurnakan dengan metode yang
disebut pelaziman klasik . Pada metode ini perilaku manusia disebabkan adanya
stimuli yang terkondisi atau bersifat netral dengan stimuli yang
tak terkondisikan. Hipotesis tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar
bertindak dengan pemberian sesuatu rangsangan. Tapi Untuk menggambarkan metode
ini oleh Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan
dengan stimulus tertentu. Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut
bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar
sebagai “hasil belajar’ mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan makanan
yang akan diberikan kelak. Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap kali
anak membaca majalah dan orang tuanya mengambil majlah tersebut dengan paksa
maka anak tersebut akan benci terhadap majalah.
Konsep tentang perilaku manusia ini
kemudian disempurnakan oleh Skinner dengan metode yang disebut operant
conditioning (pelaziman operan).
Metode ini menerangkan bahwa apabila
organisme menghasilkan sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang
diterima disekitarnya. Menurut Skinner, pelaziman operan terdiri daripada
dua konsep utama yaitu :
a) Peneguhan (Reinforcement ) yang terbagi dalam
peneguhan positif dan peneguhan negatif.
·
Peneguhan
Positif (Positive Reinforcement)
Rangsangan yang bisa menambahkan
pengulangan suatu tingkahlaku dan dilakukan berkali-kali disebut sebagai
Peneguhan Positif.
Contoh: Pekerja yang mencapai prestasi
tinggi dalam kerjanya diberikan bonus. Maka ia akan meningkatkan kinerjanya
pada masa berikutnya
·
Peneguhan
Negatif (Negative Reinforcement)
Bila ada rangsangan yang menyakiti atau
yang mewujudkan keadaan tidak mengenakan dan akan dihindari secara berkali-kali
disebut sebagai peneguhan negatif. Organisme kemungkinan mengulang
tingkahlaku yang dapat mengelak atau mengurangi keadaan yang negatif.
b) Denda (Punishment)
Adalah Setiap rangsangan yang
menyebabkan pengulangan suatu respon tingkahlaku yang dikurangi atau dihapuskan
sama sekali .
Contoh: Anak yang tidak membantu ibu tidak diberi
peluang untuk bermain bola dengan teman-temannya sehingga ia akan
menghapuskan perilaku yang dapat membuat dirinya tidak dapat bermain bola lagi.
Perilaku manusia menurut aliran ini
semakin diperkuat dengan Social Learning Theori atau pembelajaran Sosial. Teori
ini dikemukankan oleh Albert Bandura yang mengatakan salah satu sifat
manusia ialah meniru (imitate) tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain yang
diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga tingkah laku yang
tidak diterima masyarakat. Tingkahlaku yang diterima dan tidak diterima
tersebut berbentuk :
a) Berbeda
antara satu budaya dengan satu budaya yang lain.
b) Berbeda
antara individu.
c) Berbeda
menurut situasi.
Dengan demikian, pembelajaran sosial
tidak hanya melibatkan mempelajari tingkahlaku yang diterima tetapi juga
tingkahlaku tidak diterima.
Mengapa Manusia
Meniru ?
Orang meniru kerana apa yang dilakukan
membawa kepuasan atau ganjaran, yaitu peneguhan. Bagaimana peneguhan terwujud
terdiri atas 3 jenis :
a. Peneguhan Secara Langsung – Individu mendapat
ganjaran seperti pujian kerana dia meniru sesuatu tingkahlaku yang
diperhatikan. Misal anak yang meniru perilaku bapaknya karena dia dipuji dan
mengulangi tingkahlaku tersebut.
b. Peneguhan Mandiri – Individu meniru bukan
kerana ingin dipuji tetapi kerana ingin mencapai cita-citanya sendiri,
misal seorang pelajar meniru cara Edwin Moses (atlit lari Amerika ; pemecah
rekor dunia) dalam berlari, ia melakukan itu bukan untuk dipuji oleh pelatihnya
tetapi untuk membuktikan kepada dirinya bahwa diapun bisa berlari sama persis
dengan Edwin Moses dan ini memberi kepuasan kepadanya.
c. Peneguhan Vikarius – Individu mendapat
kepuasan secara tak langsung dengan meniru orang lain. Individu yang
memperhatikan orang lain mendapatkan kepuasan atau ganjaran karena meniru
model, iapun berbuat demikian karena ingin mendapat peneguhan yang sama. misal.
Seorang pelajar memperhatikan rekannya dipuji oleh gurunya karena menyelesaikan
tugas dengan cepat maka mungkin pada waktu lain ia akan berbuat demikian kerana
dia menyangka akan menerima pujian yang sama.
c. Manusia Menurut Aliran Psikologi Kognitif
Manusia dalam konsepsi psikologi
kognitif adalah mahkluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang
diterimanya (homo sapiens). Artinya manusia adalah makhluk yang berpikir dan
tidak pasif dalam merespon lingkungannya serta berusaha memahai
lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif yang
menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungannya.
Logika dari perilaku manusia menurut
aliran ini adalah bahwa jiwa manusia menafsirkan pengalaman indrawi secara
aktif melalui proses mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan,
mendistorsi dan mencari makna. Jadi manusialah yang menentukan
makna stimuli dan bukan stimuli itu sendiri.
Beberapa
teori perilaku menurut
aliran ini adalah teori dari Kurt Lewin yang mengatakan bahwa perilaku
manusia bukan sekedar respon dari stimulus melainkan produk dari berbagi gaya
yang mempengaruhinya secara spontan. Gaya tersebut oleh Lewin dirumuskan dalam
B = f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara Persons ( diri orang)
dengan Enviroment (lingkungan psikologisnya).
Teori lain dari aliran ini mengatakan
bahwa manusia adalah pencari konsistensi kognitif (consistency seeker ).
Manusia merupakan mahkluk yang mejaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan
diantara sistem kepercayaan dengan perilaku. Asumsi ini melahirkan teori
yang disebut denga disonansi kognitif artinya manusia akan akan mencari
informasi yang mengurangi disonansi ( ketidakcocokan antara dua kognisi).
Manusia bila bertemu dengan informasi yang disonan dengan keyakinannya maka ia
akan menolak, meragukan sumbernya, menacri konsonan atau mengubahnya.
d. Manusia Menurut Aliran Psikologi Humanistik
Manusia menurut konsepsi psikologi
humanistik adalah mahkluk aktif alam merumuskan strategi transaksional dengan
lingkungannya (homo ludens). Pada asumsi aliran ini manusia dipandang
berada dalam dunia kehidupan ( berupa the I (aku), me (Ku), my self (diriku))
yang dipersepsi dan diinterprestasi secara subjektif. Perilaku manusia berpusat
pada konsep dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang
bersifat fleksibel dan berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga
didasarkan pada kebutuhannya dalam fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan
serta mengaktualisasikan dirinya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
3.1.2. Para
"behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan
"tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit
"rangsangan" (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu
rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan
menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan
" seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan misalnya,
"tersenyum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang
kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat
dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri
seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut
dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak hitam
(black box)"
. Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme
di dalam kotak hitam tadi srtuktur internal atau proses mental yang mengolah
rangsangan dan tanggapan karena tidak dapat dilihat secara langsung (not
directly observable).
3.2. Saran
3.2.1. Perlu diketahui bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh konsep diri. Konsep diri memainkan peranan yang sentral daalam
tingkah laku manusia, dan bahwa semakin besar kesesuaian diantara konsep diri
dan realitas semakin berkurang ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan
juga semakin berkurang perasaan tidak puasnya.
3.2.2. Dan juga perlu diketahui bahwa dalam mempertahankan keselarasan batin
karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling
bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan
untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya
sampai dirinya merasakan adanya kesimbangan kembali dan situasinya menjadi
menyenangkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/23770123/PERILAKU-MANUSIA
0 comments:
Post a Comment